Omzet Sempat Menurun, Kerajinan Bonggol Kayu Jati Bergeliat Kembali

Berita12 Views

Blora, Jawa Tengah — Setelah diterpa badai pandemi COVID-19 yang menghantam hampir seluruh sektor industri, para perajin bonggol kayu jati di Blora kini mulai merasakan angin segar. Omzet yang sempat terjun bebas pada tahun 2020 hingga awal 2022, perlahan menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Kreativitas yang tak pernah padam dan adaptasi yang cepat menjadi kunci kebangkitan para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di sektor kerajinan ini.

Apa Itu Kerajinan Bonggol Kayu Jati?

Kerajinan bonggol kayu jati adalah seni mengolah bagian pangkal pohon jati—yang umumnya tidak terpakai atau bahkan dianggap limbah—menjadi produk bernilai estetika dan ekonomi tinggi. Bonggol ini merupakan bagian dari akar atau batang pohon yang berada paling dekat dengan permukaan tanah, memiliki karakter bentuk tidak beraturan, serta tekstur dan guratan kayu yang unik.

Berbeda dengan batang lurus pohon jati yang biasa digunakan untuk mebel konvensional, bonggol jati memberikan bentuk alami yang sangat organik, nyaris seperti pahatan alam. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan tidak hanya memiliki fungsi, tapi juga nilai seni yang tinggi.

Produk kerajinan ini mencakup meja tamu, meja kopi, bangku, patung, rak dinding, hingga aksesori rumah tangga seperti talenan artistik dan lampu meja. Tak jarang, bonggol jati juga digunakan dalam karya seni instalatif dan dekorasi interior bergaya rustic-modern.

Mengapa Kerajinan Bonggol Kayu Jati Patut Dibeli?

Pengalaman Pembeli: Desainer Interior dari Bandung

Salah satu contoh kepuasan pelanggan datang dari Clara Sasmita, seorang desainer interior asal Bandung yang telah beberapa kali memesan furnitur bonggol jati dari Blora untuk klien-kliennya di sektor properti mewah.

“Saya selalu mencari furnitur yang bisa jadi statement piece dalam ruangan. Bonggol jati memberikan itu — tidak hanya estetik, tapi juga autentik. Klien saya di Dago dan Lembang sangat puas. Bahkan ada satu meja makan yang kami pesan, langsung jadi pembicaraan tamu karena bentuknya yang tak biasa,” ujar Clara.

Clara menambahkan bahwa dirinya kini hanya memilih pengrajin yang mampu menunjukkan sertifikasi kayu legal serta rekam jejak produksi profesional. “Konsumen high-end sekarang lebih sadar pada keberlanjutan dan cerita di balik produk. Bonggol jati punya cerita itu.”

Testimoni Pembeli Internasional

Sementara itu, Vincent Lau, seorang kolektor furnitur asal Singapura, mengungkapkan kekagumannya saat menemukan meja kopi berbahan bonggol jati dari Blora di sebuah pameran di Bali.

“Saya koleksi kayu dari berbagai negara — tapi kayu jati Indonesia, terutama yang dari bonggol, itu sangat menonjol. Guratannya seperti lukisan alami. Meja itu sekarang jadi centerpiece di apartemen saya di Marina Bay,” ujar Vincent.

Testimoni seperti ini membuktikan bahwa kerajinan bonggol jati tidak hanya diminati pasar domestik, tetapi juga mendapat tempat di hati konsumen internasional yang mengutamakan keunikan, kualitas, dan nilai artistik tinggi.

Keunikan yang Tak Tertandingi

Tidak ada dua bonggol yang identik. Setiap potongan kayu membawa bentuk dan tekstur berbeda, menjadikan tiap produk benar-benar unik. Jika Anda membeli meja dari bonggol jati, dipastikan tidak ada duanya di dunia.

Estetika dan Nilai Seni Tinggi

Produk dari bonggol jati bukan sekadar mebel. Ini adalah karya seni. Ia menghadirkan kombinasi antara alam dan tangan terampil manusia. Keaslian bentuk dan gurat kayu yang dramatis menciptakan kesan elegan dan eksotis yang sulit ditiru material lain.

Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Dengan memanfaatkan bonggol yang sebelumnya dianggap limbah, kerajinan ini berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Alih-alih ditebang dan dibuang, bagian akar pohon diolah menjadi sesuatu yang fungsional dan bernilai.

Kekuatan dan Ketahanan

Jati adalah salah satu jenis kayu paling kuat dan tahan terhadap perubahan cuaca maupun serangan hama. Produk dari bonggol jati memiliki durabilitas yang luar biasa, bisa bertahan hingga puluhan tahun.

Nilai Investasi Jangka Panjang

Seiring meningkatnya kesadaran akan produk artisan dan handmade, nilai jual furnitur berbahan bonggol jati juga terus naik. Kolektor maupun desainer interior kerap memburu produk ini untuk proyek properti eksklusif.

Mendukung Ekonomi Lokal

Dengan membeli produk bonggol jati, konsumen turut membantu memberdayakan pengrajin lokal di daerah seperti Blora, yang menggantungkan mata pencahariannya pada kerajinan ini. Ini bukan sekadar transaksi, tapi bentuk nyata solidaritas terhadap UMKM.

Terpukul Pandemi, Produksi Menurun Drastis

Sebelum pandemi, kerajinan bonggol kayu jati asal Blora dikenal luas hingga ke mancanegara. Produk seperti meja, kursi, patung, dan ornamen rumah tangga berbahan dasar bonggol jati banyak diminati karena karakteristik unik dari bentuk alaminya. Namun, ketika pandemi melanda, permintaan dari luar negeri dan pasar lokal anjlok hingga 70%.

“Waktu pandemi itu benar-benar berat. Pesanan berhenti total, sementara kami tetap harus membayar pekerja dan perawatan bahan baku,” ungkap Sugeng Prayitno (47), pemilik bengkel kerajinan kayu jati di Desa Tempellemahbang.

Banyak bengkel yang terpaksa merumahkan karyawan. Tak sedikit pula yang harus menghentikan produksi sepenuhnya selama beberapa bulan. Stok menumpuk, modal terhimpit, dan pasar tidak bergeming. Bahkan, ada pula yang menjual bonggol jati mentah ke tengkulak dengan harga jauh di bawah pasaran, hanya untuk sekadar menyambung hidup.

Bertahan dengan Inovasi dan Digitalisasi

Tak tinggal diam, para perajin berupaya mencari celah. Di tengah keterbatasan, lahirlah inovasi dalam desain dan strategi pemasaran. Beberapa perajin mulai mengembangkan produk fungsional seperti rak minimalis, meja kopi, serta tempat duduk ergonomis yang cocok dengan selera konsumen urban dan generasi milenial.

Mereka juga mulai memanfaatkan platform digital seperti Instagram, Facebook Marketplace, Shopee, Tokopedia, hingga Etsy untuk memperluas jangkauan pasar.

“Kami belajar banyak dari pandemi. Sekarang kami sudah paham cara membuat konten promosi yang menarik, bagaimana membungkus produk agar aman saat pengiriman ke luar kota atau luar negeri,” ujar Rina Lestari (34), perajin muda yang sukses menembus pasar Jakarta dan Singapura.

Bahkan, Rina kini bekerja sama dengan desainer interior untuk membuat produk khusus sesuai permintaan klien high-end, seperti meja dari bonggol dengan lapisan resin transparan yang memperlihatkan gurat kayu alami.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski mulai bangkit, jalan menuju kestabilan masih panjang. Tantangan utama tetap pada pasokan bonggol jati yang berkualitas. Bonggol tidak bisa diproduksi secara massal karena tergantung dari hasil tebangan pohon tua, yang jumlahnya terbatas.

“Kadang kita sudah punya pesanan, tapi bahan bakunya susah dicari. Belum lagi proses pengeringan bisa sampai enam bulan,” keluh Narti.

Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM serta Dinas Kehutanan setempat mulai melirik potensi ini. Bantuan berupa pelatihan digital marketing, permodalan usaha kecil, hingga fasilitasi pameran luar negeri mulai digulirkan kembali.

“Kami berharap ada kepastian akses bahan baku dan promosi yang lebih luas. Kalau itu bisa dijamin, industri ini bisa jadi ikon ekspor baru,” pungkas Sugeng.

Cerminan Ketangguhan pelaku usaha kecil Indonesia

Kisah kebangkitan kerajinan bonggol kayu jati adalah cerminan ketangguhan pelaku usaha kecil di Indonesia. Dari akar pohon yang terkubur, mereka menggali harapan dan menciptakan karya seni yang menembus batas budaya. Meski sempat terpuruk, nyatanya dedikasi, inovasi, dan semangat pantang menyerah mampu menyalakan kembali bara semangat dalam industri kreatif lokal.

Kini, kerajinan bonggol jati tak lagi hanya sekadar ornamen rumah. Ia telah menjadi simbol dari ketahanan, kreativitas, dan nilai luhur terhadap alam yang patut dijaga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *