Kolom PublikOpini

Stop Tiga Dosa Besar Pendidikan : Bullying, Intoleransi, dan Kekerasan terhadap Anak

Masih segar di ingatan kita berbagai kasus kekerasan terhadap anak yang terungkap di media. Baik itu bullying di sekolah, intoleransi terhadap perbedaan, hingga kekerasan seksual yang sering terjadi di lingkungan terdekat anak. Ketiga isu ini bukan hanya melukai fisik anak-anak, tetapi juga menghancurkan masa depan mereka secara psikologis dan emosional.

Bullying: Luka yang Tak Terlihat

Bullying, baik secara verbal, fisik, maupun siber, terus menjadi ancaman nyata di lingkungan sekolah. Banyak anak yang kehilangan rasa percaya diri, merasa tidak berharga, bahkan berujung pada depresi. Padahal, sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belajar dan bertumbuh. Guru, orang tua, dan masyarakat harus lebih peka terhadap tanda-tanda anak yang menjadi korban atau pelaku bullying. Edukasi mengenai empati dan komunikasi yang sehat perlu digalakkan sejak dini.

Intoleransi: Bibit Permusuhan Masa Depan

Intoleransi terhadap perbedaan agama, suku, atau pandangan sering kali diserap oleh anak dari lingkungan sekitarnya. Ketika anak-anak diajarkan untuk membenci apa yang berbeda, mereka tumbuh menjadi individu yang sulit menerima keberagaman. Padahal, Indonesia adalah negara dengan kekayaan budaya dan agama yang beragam. Mengajarkan nilai-nilai toleransi di rumah dan di sekolah menjadi kunci untuk membentuk generasi yang lebih inklusif.

Kekerasan Seksual: Kejahatan yang Tak Boleh Dibiarkan

Kekerasan seksual terhadap anak adalah pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia. Ironisnya, pelaku sering kali berasal dari orang terdekat. Data menunjukkan bahwa banyak kasus kekerasan seksual tidak dilaporkan karena korban merasa malu atau takut. Di sinilah peran orang tua, guru, dan komunitas sangat penting. Pendidikan seksual yang sesuai usia harus diajarkan untuk memberikan pemahaman kepada anak tentang batasan tubuh mereka dan cara melindungi diri.

Peran Kita Semua

Mengatasi bullying, intoleransi, dan kekerasan terhadap anak bukanlah tugas individu, melainkan tanggung jawab kolektif. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan penegakan hukum, sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman, dan keluarga harus menjadi tempat pertama yang memberikan cinta serta pengajaran nilai-nilai moral.

Anak-anak adalah masa depan bangsa. Jika kita terus membiarkan mereka menjadi korban kekerasan dan intoleransi, maka kita sedang menciptakan generasi yang rapuh. Mari bersama-sama menghentikan semua bentuk kekerasan terhadap anak, demi Indonesia yang lebih baik.

Hakim Said, SH,
Founder Rumah Kebangsaan Basecamp Karangejo (RKBK) Banyuwangi

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
×