Opini

MEZALIMI STAKEHOLDERS (jalan pintas meraih ambisi)

Banyuwangi, Topiknews.Opini-Perlukah all-out bertarung memperebutkan sumberdaya modal pihak lain jika modal sendiri belum dikelola secara optimal?

Yang saya maksudkan dengan modal sendiri terkait industri pergulaan adalah tebu yang berasal dari lahan sendiri termasuk lahan milik induk perusahaan. Sedangkan modal pihak lain adalah BBT selain yang berasal dari lahan tersebut.

Tebu Sendiri (TS) adalah kebun tebu yang dikelola sendiri oleh unit PG yang statusnya Anak Perusahaan atau oleh Perusahaan Induknya. Cara pandang seperti itu dengan maksud untuk menghilangkan persepsi bahwa seluruh BBT merupakan milik pihak ketiga meskipun secara akuntansi, BBT yang diolah dibuku dengan format yang sama.

Mengolah BBT milik pihak lain memang tidak perlu repot dengan berbagai masalah dan resiko. Tinggal sedikit “memainkan” nilai tambahan terhadap kemampuan kompetitor, para pemain tebu oportunis akan mengalirkan barangnya.

Masalahnya, untuk menutup tambahan nilai tersebut jika diperoleh bukan karena kinerja yang lebih bagus dibandingkan dengan kompetitor, tentu akan memangkas perolehan. Contohnya setelan rendemen dengan mengorbankan nilai bagi-hasil atau memangkas rendemen tebu sendiri (TS).

Jurus lain adalah mengeluarkan berbagai bentuk subsidi dengan alibi kesulitan teknis operasional dengan jurus “analisis ketakutan” terjadinya potensi kerugian jika subsidi tidak dikeluarkan.
Modus seperti itu sebenarnya untuk menutupi kelemahan karena kurang kuatnya daya juang menghadapi kesulitan.

Demikian pula pengolahan “raw sugar”. Bagi PG dengan existing capital BBT yang tercukupi, apapun alasannya mengolah bahan baku impor ini adalah bentuk lain inefisiensi terselubung yang sengaja ditutupi. Secara matematis memang terlihat menguntungkan tetapi itu sebenarnya mirip menutup borok dengan selotip tanpa mengobati. Existing Capital yang merupakan obat penyembuh jangka panjang justru terabaikan akibat terlena dengan “kerja santai” mengolah raw sugar.

Bertarung memperebutkan BBT adalah bentuk pengingkaran terhadap tujuan IGG itu dibangun. Sangat jelas tertuang pada akte pendiriannya bahwa pabrik gula ini mengolah BBT yang sepenuhnya dicukupi dari Kebun-Kebun PTPN XII.

Mengolah BBT tentu saja inklusif dengan mengarahkan, membantu dan memfasilitasi pekebun untuk bekerja benar dalam rangka kesejahteraan bersama jangka panjang. Tentu saja yang demikian ini tidak akan instan dan memerlukan tahapan yang bisa dirancang dan dipertanggungjawabkan dalam bentuk “road map”.

Pada kegiatan produksi gula cakupan kepentingannya sangat kompleks. Cakupan kepentingan yang sering disebut sebagai “stakeholders” tidak boleh ada satupun yang dikorbankan kepentingannya. Contohnya buruh kebun yang sudah terlanjur menggantungkan sumber penghidupannya kepada apa yang ditanam pada lahan kebun tersebut.

Ketika terjadi perubahan jenis tanaman dari tanaman tahunan menjadi tanaman semusim seperti tebu, mereka jelas masih gagap dan perlu waktu adaptasi terhadap tata-kelolanya. Bagi mereka (buruh) yang terpenting adalah memperoleh upah yang cukup untuk menopang hidup bersama keluarganya. Gagap terhadap perubahan tata-kelola ini sering kali menyebabkan berkurangnya pendapatan mereka. Adalah tanggung jawab para manajer untuk bekerja ekstra keras melatih dan membimbing secara telaten dan terus-menerus menghadapi perubahan itu.

Bertarung menghalalkan cara berebut BBT juga merupakan tindakan yang merugikan diri sendiri, induk perusahaan maupun sesama perusahaan milik negara. Karena bisa diartikan : demi ambisi pribadi terkait jabatannya, mereka yang berada pada manajemen sengaja mengorbankan “hak perusahaan” untuk “membiayai ambisi” tersebut. Hal demikian bisa memenuhi pasal-pasal TIPIKOR.

Maka jalan pintas KARDIMAN (karepa dibik pan nyaman) dengan bermain kompetisi memperoleh BBT “pasar bebas” tersebut adalah merupakan bentuk KEZALIMAN kepada para stakeholders termasuk zalim kepada sesama perusahaan negara.

Pada akhirnya mezalimi perusahaan negara bisa diartikan zalim kepada negara atau bentuk lain dari pengkhianatan kepada negara.

Harapan Kami Kepada Direktur Pelaksana PTPNXII (Ibu Siwi Peni, S. Si., MM) Tetap Berkiprah Seperti Dulu Di PTPN Sebelumya,Sosok Tegas Dan Sigap Dalam Mengambil Keputusan Yang Benar tetap Lah Benar,Kami Putra Putrì Pegawai Pensiunan Mendukung Kinerja Ibu Dan Digarda Depan Bila Ada Indikasi Pihak” Yang Akan Merubah Kinerja Ibu Yang “Jelas Dan Sigap”.

Noto suwarno
Sekertaris
Forum Putra putrì Pegawai pensiunan (FP3)PTPNXII

Related Articles

Back to top button
×