Opini

Membangun Budaya Literasi Era Disrupsi

“Aku rela dipenjara asal bersama buku, sebab dengan buku aku bebas !” ~ Mohammad Hatta

            Pernyataan dari sosok yang biasa dijuluki sebagai Bapak Koperasi tersebut dapat dijadikan sebuah arena diskursif di tengah krisis literasi khususnya dalam dunia akademis. Hal ini dapat di buktikan melalui hasil riset yang di keluarkan oleh survey UNESCO pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang begitu rendah, dari riset tersebut di ketahui bahwa hanya terdapat satu dari seribu penduduk Indonesia yang memiliki keseriusan dalam membaca. Hal tersebut juga di dukung dari hasil laporan Staf Ahli Menteri Dalam Negeri yang dipublikasikan pada 25 Maret 2021 menyatakan tingkat literasi Indonesia ada di urutan ke-62 dari 70 negara yang masuk dalam survei Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2019. Nampak sekali krisis yang terjadi ini merupakan fenomena yang perlu menjadi perhatian bersama di tengah arus informasi dan teknologi yang makin berkembang pesat.

            Perlu disadari munculnya berbagai platform digital seperti Aplikasi I – Pusnas, Kompas digital serta media literasi online lainnya, turut membantu memberikan akses kepada seluruh elemen masyarakat dalam memberikan jembatan alternative untuk menyebarluaskan informasi serta pengetahuan di tengah Pandemi Covid-19, terlebih akses internet serta media edukatif seperti e- commerce yang menyediakan beragam pilihan dalam bertransaksi buku secara virtual ini dapat dimanfaatkan oleh semua elemen usia produktif khususnya  di dunia Pendidikan untuk menambah wawasan di tengah massive nya arus digitalisasi. Mirisnya di tengah keterbukaan akses tersebut masih belum sepenuhnya di manfaatkan oleh sebagian orang untuk menambah penguatan kapasitas keilmuan terlebih para mahasiswa serta tenaga kependidikan di Indonesia yang lebih memilih cara instant googling dalam mencari informasi secara factual. Dampak nya Indonesia kini masih tertinggal di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam skor membaca yang di keluarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Membangun Semangat Literasi

            Bukan perkara yang mudah untuk merubah suatu kebiasaan, namun dengan semangat bersama segenap element baik pemerintah, swasta serta pegiat literasi bukan hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Banyak sekali manfaat yang bisa di peroleh dengan membaca, di antaranya dari segi Afektif, aktivitas seperti; membaca buku, puisi, foto dan film dapat dijadikan sebagai terapi untuk mengatasi hambatan emosional dan membangun kesadaran diri. Sedangkan dari segi Kognitif, membaca buku dapat dijadikan untuk mengubah pola pikir negative. Perlu di ketahui manfaat lainnya dengan semakin kita rutin membaca akan mengatasi gangguan kecemasan, depresi, serta ketergantungan obat. Begitu banyak pengaruh dan manfaat yang di hasilkan dari membaca, sudah saatnya para generasi muda khususnya untuk mulai menggagas semangat budaya literasi tersebut. Peran sentral Pemerintah dalam hal ini juga tidak dapat di kesampingkan dalam agenda pokok yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang telah tertuang dalam amanat konstitusi kita. Semangat literasi sudah seharusnya di galakkan dan mulai gencar di implementasikan mulai dari pelosok desa, Ruang perpustakaan publik tingkat Desa/ Kelurahan, Kecamatan hingga Kabupaten perlu di lengkapi, untuk dijadikan sarana edukasi bersama dalam membangun budaya membaca bagi seluruh elemen masyarakat. Tantangan ke depan semakin tak terduga, arus liberalisasi yang dinamis dengan masuknya beragam kebudayaan, dan teknologi secara bebas, maka generasi muda perlu di bekali dengan Ilmu pengetahuan, sedangkan Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dari kegiatan membaca. Untuk mengubah sebuah sitim memang perlu adanya kemauan dan kemampuan serta semangat tanpa henti. Seperti mengutip pernyataan Abraham Lincoln (Presiden Amerika Ke-16)” Sukses adalah berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita kehilangan Semangat”. Salam Literasi.

Oleh: Nuri Hidayati, S.H.,M.H & Auliya Gaffar Rahman, S,IP,.M.AP (Ketua LPPM UBI Banyuwangi dan Staff LPPM Dosen Fakultas Teknik UBI Banyuwangi)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
×