Opini

MEMANAGE CEMBURU (Ekstraksi Perenungan Untuk Teman Lama)

Banyuwangi, Topiknews-Sayup-sayup kudengar keluh-kesah dari ujung timur sana. Nada cemburu yang suatu saat kelak potensi menjadi ledakan laksana bom waktu yang terlilit pada tubuh sendiri. Gejolak rasa di Kebun Inti.

Ya itulah, suara yang dibawa oleh angin dari mereka yang berada di ujung timur pulau Jawa dengan amanah negri untuk tugas memproduksi gula kristal putih.

Konon sejak awal operasi, pabrik gula modern yang dinamai IGG (Industri Gula Glenmore) Banyuwangi ini terus-menerus masih berkutat dengan permasalahan kelancaran proses produksinya. Sehingga beban investasi yang sangat berat ketika pendiriannya masih belum tertutup dengan laba operasional sesuai dengan harapan semula.

Sesuai akte pendiriannya IGG adalah sebagai anak perusahaan dari PTPN XII sebagai pemegang saham mayoritas. Bisajadi sekarang statusnya sudah berubah menjadi anak perusahaan PT Perkebunan Holding.

Bahan baku tebu (BBT) untuk proses produksinya pada awalnya (sesuai rencana) akan dicukupi oleh seluruh kebun tebu yang berada di Banyuwangi ditambah dari luar Banyuwangi tetapi masih dari kebun milik PTPN XII. Dinamika selanjutnya tidak seperti rencana semula.

Kecemburuan antara internal (Inti) dan eksternal (Plasma) terjadi sejak lama. Ketika manajemen menginginkan pasok BBT dari Plasma menjadi prioritas, maka Kebun Inti menjadi korbannya. Prioritas jatah pasokan dan nilai (konversi rendemen) Kebun Inti “dipencet” guna “nomboki” nilai BBT Plasma sesuai dengan nilai promosi.

Dalih “pencet balon” ini dapat dengan mudah di-backup dengan indikator proses produksi pabrikan.

Dampak dari “unfairness” ini tentu apatisme petugas internal jika mereka yang telah bekerja sesuai standar kultur teknis budidaya menjadi korban terus-menerus.

Masalahnya mengapa Kebun Inti tersebut dikorbankan?
1. Apakah mendatangkan BBT dari Plasma tidak perlu “berkeringat” seperti mengambil BBT Inti yang rata-rata punya tingkat kesulitan tinggi terkait lokasi kebun dan infrastrukturnya?

2. Apakah karena Kebun Inti juga dianggap sebagai Kebun Plasma karena statusnya masih milik Induk Perusahaan?

3. Atau karena belum ada harmonisasi tatakelola panen/pasca panen antara Induk dan Anak Perusahaan?

4. Atau ada hal lain ….MENEKETEHE

Paradigma “mbegegek makutho waton” demi prestasi sendiri dengan korbanan kesejahteraan Induk perlu review komprehensif. Anak sejahtera dengan Induk yang sakit dalam jangka panjang akan bikin porak-poranda kelangsungan hidup sebagai keluarga besar.

Membenahi paradigma dengan mencukupi kepentingan anak dengan tetap memperhatikan kesejahteraan Induk adalah mutlak. Perolehan laba Anak dan perolehan laba Induk jika ditotal akan menjadi PEROLEHAN LABA KELUARGA.

Yang harus tidak dilupakan dan menjadi pedoman adalah kalimat pada akta pendirian Anak Perusahaan khususnya tentang BBT sebagai ruh operasional giling sbb :
“Bahan baku tebu akan dipasok sepenuhnya oleh Kebun-kebun penanam tebu PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Dari pabrik gula terpadu ini akan diproduksi gula putih premium,  daya listrik,  bio-ethanol,  pupuk organik  dan pakan ternak.

Pertanyaan Kami Berdasarkan Post ;
1.Sejak Tanggal 27/06/2020 Start Giling Sampai Hari ini 25/07/2020

A.Asumsi Produksi Rata” Per Day 5000 TCD
B.Rendemen Rata” 7%
Mari kita Hitung :

1.Kalkulasi :
5000TCD x 28 Hari : 140.000 Ton (Konsumsi Tebu Giling)
Hasil Gula 140.000 x 7 % : 9.800 Ton

Pertanyaanya Apakah Sampai Hari ini Ada Hasil Produksi IGG (Gula) Dengan Nilai 9.800 Ton s/d Hari Ini.ADA NGAK JUMLAH SEKIAN ???Jangan Berasumsi Hasil Harian

2.Dengan Icumsa 130 Berarti Hasil Gula IGG (Kecoklatan).
Lantas Sistem Karbonatasi IGG Tidak Berjalan,Kalau Hasil Icumsa 130.?!!
Padahal IGG Bisa Menghasilkan Rata” 80 (Putih) Seperti Hasil Gulaku,Dangan Teknologi Yang IGG Miliki.;IGG Bukan Pabrik Peninggalan Penjajah.

Pertanyaan Saya Adalah;Apakah Bisa Hasil Produksi Diambil Dengan Rata” /Day ?Harus Menjadi Satu Kesatuan.

Hari Ini Sesuai Gambar dibawah Ini ;
6250 x 7% : 437,5 Ton
Kalau Output 600 Ton /Ditambah Rawa Sugar.
437,5+95% Dari 111 : 543 Ton
Lah Kok keluar 600 Darimana?
Noto Suwarno

Related Articles

Back to top button
×