Ukuran Lingkar Leher Bisa Prediksi Risiko Kesehatan Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ukuran lingkar leher dapat menjadi salah satu indikator penting dalam memprediksi risiko kesehatan seseorang. Selama ini, pengukuran indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang sering dijadikan standar dalam menentukan status kesehatan. Namun, kini lingkar leher mulai dilirik oleh para ahli medis karena dinilai praktis, mudah, dan dapat memberikan gambaran kondisi metabolik tubuh.
Mengapa Lingkar Leher Penting untuk Dipantau?
Lingkar leher bukan hanya sekadar ukuran tubuh biasa.
Indikator Lemak Tubuh
Penumpukan lemak di area leher berkaitan erat dengan lemak viseral atau lemak dalam tubuh yang berisiko tinggi menyebabkan berbagai penyakit.
Mudah Diukur
Berbeda dengan IMT yang memerlukan data tinggi dan berat badan, lingkar leher bisa diukur hanya dengan pita ukur sederhana.
Prediksi Gangguan Metabolik
Ahli kesehatan menilai bahwa ukuran leher yang lebih besar dari normal berhubungan dengan meningkatnya risiko sindrom metabolik, diabetes, hingga penyakit jantung.
“Menurut saya, konsep pengukuran lingkar leher ini sangat menarik. Cara ini sederhana, murah, dan bisa dilakukan siapa saja di rumah, tetapi manfaatnya sangat besar untuk deteksi dini,” tulis penulis.
Standar Ukuran Lingkar Leher
Para peneliti memberikan batas yang dianggap normal maupun berisiko.
Ukuran Lingkar Leher Laki-Laki
Lingkar leher normal umumnya berada di bawah 37–39 cm. Jika melebihi batas tersebut, risiko obesitas dan gangguan metabolik meningkat.
Ukuran Lingkar Leher Perempuan
Lingkar leher normal berada di bawah 34–35 cm. Ukuran yang lebih besar sering dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik.
Variasi Usia dan Ras
Perlu dicatat, standar ukuran bisa bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan ras. Namun, angka di atas memberikan gambaran umum yang banyak digunakan dalam penelitian.
Risiko Kesehatan Terkait Lingkar Leher Besar
Lingkar leher yang lebih besar dari normal dapat menjadi tanda awal adanya masalah kesehatan.
Risiko Penyakit Jantung
Penumpukan lemak di leher meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
Diabetes Tipe 2
Lingkar leher besar berkaitan dengan resistensi insulin, yang menjadi faktor utama munculnya diabetes tipe 2.
Sleep Apnea
Jaringan lemak berlebih di sekitar leher dapat menekan saluran pernapasan dan meningkatkan risiko gangguan tidur seperti sleep apnea.
Kolesterol Tinggi
Studi menunjukkan adanya hubungan antara lingkar leher besar dengan kadar kolesterol LDL tinggi dan penurunan kolesterol baik (HDL).
“Saya melihat ukuran lingkar leher bisa menjadi tanda peringatan dini. Jika angka sudah melewati ambang normal, itu berarti tubuh sedang memberi sinyal untuk lebih waspada,” ungkap penulis.
Cara Ukuran Lingkar Leher dengan Benar
Untuk mendapatkan hasil akurat, pengukuran lingkar leher harus dilakukan dengan teknik yang tepat.
Alat yang Dibutuhkan
Cukup gunakan pita ukur fleksibel yang biasanya dipakai untuk mengukur lingkar tubuh.
Posisi Tubuh
Berdirilah tegak dengan kepala lurus. Letakkan pita ukur di bawah jakun (untuk laki-laki) atau pada bagian tengah leher (untuk perempuan).
Catat Hasil
Pastikan pita ukur menempel namun tidak terlalu ketat. Catat hasil dalam satuan sentimeter.
Apa yang Bisa Dilakukan Jika Ukuran Lingkar Leher Besar?
Jika hasil pengukuran menunjukkan angka lebih besar dari normal, langkah pencegahan perlu segera dilakukan.
Perbaiki Pola Makan
Kurangi makanan tinggi lemak jenuh dan gula sederhana. Perbanyak konsumsi sayur, buah, dan protein sehat.
Rajin Berolahraga
Latihan kardio seperti jogging, bersepeda, atau berenang efektif membakar lemak tubuh. Latihan kekuatan juga membantu meningkatkan metabolisme.
Atur Pola Tidur
Tidur cukup dan berkualitas membantu menjaga hormon metabolisme tetap seimbang.
Konsultasi Medis
Jika lingkar leher terus meningkat disertai gejala lain seperti sering lelah, mendengkur keras, atau tekanan darah tinggi, segera konsultasikan ke dokter.
Deteksi Dini yang Mudah dan Praktis Ukuran Lingkar Leher
Lingkar leher ternyata bisa menjadi indikator sederhana dalam memprediksi risiko kesehatan, terutama yang berkaitan dengan metabolisme. Meski tidak menggantikan pemeriksaan medis lengkap, pengukuran ini bisa menjadi langkah awal untuk menjaga kesehatan.