Kecanduan Sosmed Bisa Sebabkan FOMO Loh! Yuk Kenali Apa Itu FOMO
Penulis : Tirza Nirmala Srisastra (Mahasiswa Jurusan Psikologi, Universitas Brawijaya, Malang)
Pernah gak sih ketika kita sedang scrolling media sosial lalu melihat story atau postingan dari beberapa teman kita, entah itu tentang pencapaian, keberhasilan dalam meraih sesuatu, ataupun kebahagiaan kita malah merasa sedih?
Well, sedih bukan karena teman kita bahagia, tetapi lebih ke merasakan ketertinggalan, cemas, takut hingga frustasi.
Kalau sudah sampai takut liat postingan orang lain di sosial media, ya ini yang namanya FOMO (Fear Of Missing Out).
FOMO itu apa sih?
FOMO (Fear Of Missing Out) merupakan suatu kondisi yang menyebabkan timbulnya perasaan cepat marah, kecemasan, dan perasaan tidak mampu, yang timbul karena terlalu sering berhadapan atau terpapar sosial media (Wortham, 2011).
Fakta yang cukup mengejutkan yaitu, berdasarkan hasil survei statistik, yang dilakukan We Are Social & Hootsuite tahun 2020, pengguna internet di Indonesia mencapai angka 175, 4 juta orang dengan pengguna media sosial aktif sebanyak 160 juta orang.
Terus menerus terpapar sosial media dan mulai merasakan “missing out” tentu saja bukan suatu kondisi yang baik, hal itu akan menyebabkan perasaan tidak puas, cemas dan merasa tidak berharga yang pada akhirnya akan menimbulkan perasaan rendah diri. (Miller, 2012).
Orang-orang yang memiliki FOMO tinggi cenderung menggunakan ponsel cerdas mereka secara berlebihan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan agar tetap terhubung dengan orang-orang di sekitarnya melalui media sosial. (Alt, 2015; Przybylski, Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013).
Lalu bagaimana cara menangani FOMO?
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari atau mengurangi FOMO antara lain:
1. Batasi atau kurangi waktu dalam bermain sosial media
Berikan batas waktu dalam bersosial media, selain itu kurangi melihat postingan-postingan yang mungkin membuat anda merasa tidak nyaman.
2. Lakukan kegiatan positif lainnya selain bermain sosial media
Yakinkan diri bahwa kita tidak harus selalu up to date mengenai sesuatu. Dibandingkan scrolling gawai dalam waktu yang lama dan membuat penat, akan lebih baik jika kita melakukan kegiatan lain yang lebih produktif misalnya, bangun pagi, berolahraga, melakukan kegiatan yang disukai. Hal-hal seperti itu terlihat sederhana tapi jika dilakukan dengan senang hati, akan memberikan semangat positif.
3. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain
Pernah dengar pepatah “ everyone has their own time to shine” atau setiap orang punya waktunya sendiri untuk bersinar, maka hal itu berlaku untuk kita semua. Membandingkan diri boleh saja, tetapi jangan berlebihan dan jangan lupa untuk menikmati setiap prosesnya ya!
Referensi:
Abel, J. P., Buff, C. L., & Burr, S. A. (2016). Social media and the fear of missing out: Scale development and assessment. Journal of Business & Economics Research (JBER), 14(1), 33-44.
Oberst, U., Wegmann, E., Stodt, B., Brand, M., & Chamarro, A. (2017). Negative consequences from heavy social networking in adolescents: The mediating role of fear of missing out. Journal of adolescence, 55, 51-60.
Elhai, J. D., Levine, J. C., Dvorak, R. D., & Hall, B. J. (2016). Fear of missing out, need for touch, anxiety and depression are related to problematic smartphone use. Computers in Human Behavior, 63, 509-516.
Alt, D. (2015). College students’ academic motivation, media engagement and fear of missing out. Computers in Human Behavior, 49, 111-119.